Pengikut

Kamis, 12 Oktober 2017

Critical Review Isu Kenaikan Muka Air Laut Kawasan Pesisir



Pulau Jawa merupakan salah satu pulau terluas di Indonesia yang terletak di bagian Selatan Nusantara yang disebut sebagai Negara Maritim. Sesuai dengan julukannya, Pulau Jawa yang secara geografis berbatasan langsung dengan Laut Jawa di sebelah Utara, Selat Bali di sebelah Timur, Samudera Hindia di sebelah Selatan, dan Selat Sunda di sebelah Barat ini dikelilingi oleh berbagai perairan, baik samudera, laut, maupun selat sehingga pulau ini memiliki banyak sekali kawasan pesisir di dalamnya. Kawasan lingkungan pesisir merupakan daerah pertemuan antara darat dan laut, jika ke arah darat maka wilayah pesisir masih meliputi bagian darat baik kering maupun terendam air yang masih dipengaruhi sifat-sifat laut sedangkan ke arah laut wilayah pesisir mencakup bagian laut yang masih dipengaruhi oleh proses-proses alami yang terjadi di darat seperti sedimentasi maupun yang disebabkan oleh kegiatan manusia seperti penggundulan hutan (Soegiarto, 1976). Kawasan Pesisir di Indonesia seringkali mendapatkan dampak dari perubahan iklim Indonesia seperti meningkatkanya genangan banjir di dataran rendah, erosi pantai, serta gelombang ekstrim yang nantinya dapat pula memperngaruhi ekosistem pesisir. Padahal kawasan pesisir di Indonesia memiliki banyak potensi yang dapat didayagunakan jika saja konservasi dan sumber daya berkelanjutan lebih diperhatikan. Jika proses itu terus menerus berlanjut, maka akan menimbulkan perubahan morfologi yang berdampak pada terganggungya ekosistem di permukaan, kerusakan sumber daya air, infrastruktur, perikanan, pertanian, dan wisata bahari. Begitupula dengan Pulau Jawa yang saat ini mulai diancam oleh isu-isu kenaikan air laut akibat dampak pemanasan global yang cukup tinggi sehingga menarik minat para ilmuwan untuk mengkaji dampak apa saja yang akan dihasilkan oleh bencana kenaikan muka air laut tersebut beberapa tahun mendatang. Perubahan iklim yang cukup signifikan terjadi di Indonesia menyebabkan kenaikan air muka laut memiliki variasi mulai dari 60cm-100cm (BAPPENAS, 2010)
     Kawasan pesisir Pulau Jawa merupakan salah satu daerah yang dinamis karena adanya proses darat, laut, dan iklim yang saling mendominasi antara satu dengan yang lainnya. Keragaman dan kompleksitas kawasan pesisir, baik secara fisik, kimia, biologi, dan dimensi kemanusiaan menyebabkan kawasan pesisir rentan terhadap berbagai perubahan. Kerentanan kawasan pesisir disebabkan berbagai hal seperti jenis batuan termasuk tingkat kekerasannya yang beragam mengakibatkan bentuk bentang alam yang berbeda dapat menghasilkan lumpur lunak yang berdampak buruk dengan kenaikan muka laut. Kemudian adapula kenaikan muka laut yang dapat mempengaruhi perubahan garis pantai sehingga berdampak besar pada peningkatan intensitas abrasi maupun akradisi kawasan pesisir Pulau Jawa. Saat ini, isu yang tengah dihadapi di kawasan pesisir Pulau Jawa yaitu dampak pemanasan global. Dampak pemanasan global yang terjadi di kawasan Pesisir Pulau Jawa berupa kenaikan muka laut dengan kecepatan 2-8 mm/tahun. Kenaikan permukaan laut atau kenaikan muka laut merupakan fenomena naiknya permukaan laut yang disebabkan oleh banyak faktor yang kompleks karena merupakan bencana alam yang lambat dan bisa diprediksi sehingga justru manusia cenderung lupa untuk segera menanganinya padahal 100 tahun mendatang kenaikan muka laut tersebut mampu untuk menggenangi kawasan pesisir Pulau Jawa. Hal-hal yang mendukung isu ini yaitu adanya berbaga pendapat yang muncul dari para ilmuwan bahwa konsentrasi gas rumah kaca (green house) sebagai akibat dari peningkatan emisi CO2 dan gas lainnya yang dapat mengakibatkan peningkatan suhu di permukaan bumi secara global yang akan berdampak terhadap kenaikan permukaan laut. Selain itu, muncul pula pendapat jika muka bumi laut Pulau Jawa saat ini telah mencapai titik tertingginya dan di masa mendatang akan mengalami penurunan akibat fenomena glasial yang terjadi selama beberapa periodik.
     Berdasarkan isu tersebut, maka dilakukanlah penelitian secara visual pada beberapa lokasi kawasan pesisir Pulau Jawa untuk mengindikasi rona awal serta dampak yang timbul dengan menentukan peringkat pada setiap parameter yang ada di kawasan pesisir dan laut tersebut. Secara umum kawasan berisiko kenaikan muka laut di pesisir Pulau Jawa mencakup hampir seluruh daerah Pesisir Utara Pulau Jawa, dari Banten hingga Jawa Timur, kecuali pesisir-pesisir setempat di lereng Gunung Muria, daerah Tuban, dan daerah Baluran. Di pesisir selatan Jawa mencakup pesisir Banyumas, pesisir Kebumen, sebagian pesisir di Yogyakarta, pesisir Lumajang, di sebagian pesisir Banyuwangi (Muncar dan Grajagan) juga mengalami risiko kenaikan muka laut meskipun tidak terlalu signifikan. Implikasi dari kerentanan Pulau Jawa tersebut pada dasarnya akan terjadi bencana alam yang tidak saja merubah struktur dan pola pemanfaatan ruang wilayah, tetapi juga akan berakibat pada perubahan aktivitas sosial dan ekonomi masyarakat Pulau Jawa. Bahkan saat ini telah banyak penelitian yang dilakukan di seluruh kawasan pesisir Pulau Jawa karena menurut analisis awal oleh para ahli, di tahun 2100 kawasan pesisir Pulau Jawa akan merasakan puncak dampak dari kenaikan muka laut ini. Dengan kenaikan muka air laut yang besar maka energi gelombang di dekat pantai juga akan meningkat, dan berpotensi menyebabkan bencana besar seperti banjir rob, tsunami, dan lainnya yang sangat dikhawatirkan saat ini.
     Dengan adanya hal ini, penulis dapat menyimpulkan jika ketika kenaikan permukaan laut mengalami percepatan seperti saat ini, sedikit kenaikan saja dapat menyebabkan efek negatif pada habitat pesisir. Ketika air laut mencapai lebih jauh ke pedalaman, hal itu dapat menyebabkan erosi, banjirnya lahan basah, kontaminasi tanah pertanian, dan hilangnya habitat ikan, burung serta tanaman. Saat badai besar menghantam daratan, permukaan air laut yang lebih tinggi berarti badai akan menjadi lebih besar dan kuat, gelombang akan menyapu segala sesuatu yang dilewatinya. Selain itu, ratusan juta orang yang tinggal di area pesisir akan sangat rentan diterjang banjir. Kenaikan permukaan air laut akan mendesak mereka untuk meninggalkan rumah dan pindah. Pulau-pulau dengan dataran rendah dapat terendam sepenuhnya. Dari fenomena tersebut, dapat dibayangkan bagaimana jadinya jika kawasan pesisir Pulau Jawa terus menerus mengalami kenaikan muka laut maka tidak menutup kemungkinan kawasan pesisir Pulau Jawa di tahun 2100 muka air laut diprediksi akan mencapai 1,8 meter yang nantinya akan berdampak pada berkurangnya daratan seluas 417,9 Ha atau 0,3% dari luas wilayah daratannya, terganggunya kegiatan sosial ekonomi masyarakat setempat, terjadinya perubahan garis pantai, dan terganggunya jalur transportasi (Jurnal Teknik, 2012). Belum lagi dampaknya terhadap ekosistem yang hidup di dalamnya seperti keanekaragaman sumberdaya hayati seperti terumbu karang, mangrove, padang lamun, dan estuaria jika kawasan pesisir karena kenaikan muka air laut tidak hanya memberikan dampak negatif pada daerah pulau-pulau kecil saja namun juga pada wilayah pesisir secara keseluruhan tergantung besaran kenaikan muka air laut tersebut.
Dengan adanya kasus kenaikan muka air laut maka ekosistem pesisir akan turut terancam pula karena kenaikan ini dapat menyebabkan habitat terumbu karang di pantai tenggelam lebih dalam di bawah permukaan laut, adanya intrusi air laut, habitat pesisir yang lain akan turut hilang, berkurangnya tanaman pesisir akibat berkurangnya lahan yang dapat ditanami. Untuk itu, diharapkan masyarakat peka terhadap isu-isu pesisir seperti ini agar pencegahan dapat dilakukan sejak dini, karena jika tidak maka kenaikan muka air laut juga dapat memberi dampak negatif pada aspek sosial-ekonomi masyarakat seperti terjadinya perubahan kegiatan ekonomi di wilayah pesisir seperti masyarakat yang awalnya bekerja memanfaatkan keberadaan kawasan pesisir ataupun ekosistem yang terdapat di dalamnya terpaksa harus mencari sumber pencaharian yang baru, peningkatan kerusakan pesisir, serta. hilangnya atau berkurangnya daerah rekreasi yang berarti kurangnya daya tarik wisata pesisir kepada wisatawan yang dapat menimbulkan berbagai efek negatif baik pada ekonomi masyarakat maupun pendapatan daerah, Tidak hanya itu, hutan mangrove yang selama ini dikenal memiliki fungsi untuk mengendapkan lumpur pada akar-akar pohon untuk mencegah terjadinya erosi dan abrasi akan turut terancam akibat kenaikan muka air laut yang menyebabkan erosi dan tidak dapat ditahan lagi oleh hutan mangrove tersebut karena terjadinya perubahan genangan di tepi pantai. Saat ini, keberadaan hutan mangrove cukup dapat membantu meminimalisir terjadinya bencana alam, tetapi masih banyak manusia yang tidak menyadari hal itu sehingga kurang memberi perhatian terhada keberadaan salah satu ekosistem pesisir ini.
     Dari isu-isu diatas, penulis dapat memberikan rekomendasi sekaligus untuk menjawab argument yang telah diberikan terkait adanya isu kenaikan muka air laut pada kawasan pesisir Pulau Jawa. Terdapat bebepa rekomendasi yang dapat diberikan dari adanya isu permasalahan pada kawasan pesisir di Pulau Jawa seperti melakukan pencegahan dini dengan cara membuat peta komponen manajemen risiko bencana (risk management of natural disaster) di dalam penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW). Aplikasi manajemen risiko bencana alam yang dimuat dalam Rencana Tata Ruang Wilayah akan membantu dalam menetapkan langkah kebijakan, pengambilan keputusan serta diharapkan akan memberikan manfaat dalam mengurangi kemungkinan terjadinya bahaya untuk mengantisipasi daya rusak yang tidak dapat dihindarkan. Untuk itu, dilakukan analisis terhadap beberap hal seperti menganalisis wilayah rawan bencana, analisis peruntukan lahan, serta analisis terhadap ketersediaan teknologi untuk pencegahan dan penanganan bencana alam. Selain itu, pendidikan masyarakat juga perlu ditingkatkan terkait pemahaman masyarakat terhadap bahaya yang ditimbulkan akibat bencana alam. Dalam hal ini masyarakat memiliki peran penting sebagai penggerak penanggulangan bencana terutama di daerah sekitar tempat tinggalnya. Selain itu, sesuai dengan isi dari Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 64 Tahun 2010 Tentang Mitigasi Bencana di Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil, salah satu pencegahan dar dampak pemanasan global pada kawasan pesisir yaitu dengan cara menyusun kegiatan struktur/fisik seperti pembangunan bangunan pelindung pantai, peremajaan pantai, vegetasi pantai, dan pengelolaan ekosistem pantai atau nonstruktur/nonfisik seperti penyusunan perundang-undangan, penyusunan peta rawan bencana, dan penyusunan peta risiko bencana sesuai dengan rekomendasi yang telah dituliskan pada rekomendasi sebelumnya.
Selanjutnya, pencegahan awal dapat pula dilakukan dengan melakukan pencegahan terhadap penyebab utama kenaikan muka laut, yaitu pemanasan global dengan cara :
1.      Relokasi, salah satu alternatif yang dapat dikembangkan apabila dampak ekonomi dan lingkungan akibat kenaikan muka air laut dan banjir sangat besar sehingga kawasan budidaya perlu dialihkan lebih menjauhi garis pantai.
2.      Akomodasi, alternatif ini bersifat penyesuaian terhadap perubahan alam atau resiko dampak yang mungkin terjadi seperti reklamasi, peninggian bangunan atau perubahan agriculture menjadi budidaya air payau (aquaculture), area-area yang tergenangi tidak terhindarkan, namun diharapkan tidak menimbulkan ancaman yang serius bagi keselamatan jiwa, asset dan aktivitas sosial-ekonomi serta lingkungan sekitar.
3.      Proteksi, merupakan alternatif yang memiliki dua kemungkinan, yakni yang bersifat hard structure seperti pembangunan penahan gelombang (breakwater) atau tanggul banjir (seawalls) dan yang bersifat soft structure seperti revegetasi mangrove atau penimbunan pasir (beach nourishment). Walaupun cenderung defensif terhadap perubahan alam, alternatif ini perlu dilakukan secara hati-hati dengan tetap mempertimbangkan proses alam yang terjadi sesuai dengan prinsip “working with nature”.
     Banyak cara yang dapat dilakukan untuk menjaga kelangsungan kawasan pesisir seperti mengurangi dampak global warming seperti melakukan konservasi sumber daya dengan cara mengurangi limbah dan polusi yang membuat kawasan pesisir dapat tercemar, kemudian mengembangkan inovasi dengan alternative teknologi serta meningkatkan kesadaran masyarakat mengenai pentingnya kelestarian alam yang dihasilkan oleh kawasan pesisir. Selain itu, hendaknya Pemerintah sebagai pihak pengatur dan pengawas hendaknya membuat rencana-rencana perbaikan dan penanggulangan juga pencegahan bagi kawasan pesisir sesuai dengan yang tercantum dalam dokumen-dokumen seperti RZWP-3K, RZKP, dan lainnya sehingga kerusakan dapat diminimalisir serta memberikan penyuluhan bagi masyarakat sekitar agar peka terhadap isu-isu yang dapat mengancam keberadaan kawasan pesisir agar kerusakan yang ditimbulkan oleh adanya global warming dengan cara pemberian dinding atau penghalang yang kuat untuk menghalangi masuknya air laut ke darat. Saat ini diharapkan masyarakat mulai mendukung langkah drastis mengurangi kenaikan permukaan air laut dengan cara yang paling mudah yaitu mengurangi emisi gas rumah kaca, melakukan penanaman pohon, mengurangi pembuangan limbah di sekitar kawasan pesisir, serta mulai melakukan pengelolaan terhadap vegetasi habitat asli yang sudah ada di kawasan pesisir Pulau Jawa.


DAFTAR PUSTAKA
Bappenas.2010. Rencana Aksi Nasional Adaptasi Perubahan Tahun 2020-2025
Haristyana, Ayu. Suntoyo. Sambodho, Kriyo. 2012. Prediksi Kenaikan Muka Air Laut di Pesisir Kabupaten Tuban Akibat Perubahan Iklim. Jurnal Teknik ITS Vol. 1 No.1 (ISSN 2301-9271) : (1-2)
Hastuti, Amandangi. 2012. Analisis Kerentanan Pesisir Terhadap Ancaman Kenaikan Muka Laut di Selatan Yogyakarta. Skripsi. Program Sarjana Departemen Ilmu Kelautan dan Teknologi Institut Pertanian Bogor. Bogor
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 64 Tahun 2010 Tentang Mitigasi Bencana di Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil
Prabowo, H. Astjario, P. 2012. Perencanaan Pengelolaan Pesisir Pulau Jawa Ditinjau dari Aspek Kerentanan Kawasan dan Implikasinya Terhadap Kemungkinan Bencana Kenaikan Muka Laut. Jurnal Geologi Kelautan, Kementrian Energi Sumberdaya dan Mineral
Soegiarto, A. 1976. “Pedoman Umum Pengelolaan Wilayah Pesisir”. Lembaga Oseanologi : Jakarta. http://www.reposity.ipb.ac.id. 20 September 2017 (20:55)








Minggu, 16 Oktober 2016

Dia, Adalah Dilanku...Cintaku... 1990

Hapsun! Di hari minggu yang cerah tapi 5 menit yang lalu berubah jadi mendung ini akhirnya bisa ngeblog sesuatu yang sebenernya ga penting penting amat ((lagi)). Tapi ini penting buat saya selaku penulis dan anda anda yang sedang kasmaran dengan sosok pria bernama DILAN! Whoop!

Jadi ceritanya kemaren pas awal-awal kuliah udah denger soal Dilan ini tapi sama sekali ga tertarik buat ngebacanya karena sempat salah ngebaca sinopsis *entah Dilan mana yang aku baca waktu itu* soal Dilan yang anak band badung lalala dan kayanya gaada menarik menariknya. Beberapa kali ke gramedia *terakhir kemaren waktu minggu ribet Critical Review ehem* masih ngeliat buku Dilan 1990 dan Dilan 1991 bertengger manis di atas meja buku dan beberapa kali juga ngeliat mba-mba excited banget pas ngeliat novel itu, Oke, penasaran dimulai pada saat itu! Terimakasih mba-mba pengunjung gramed, suara histeris anda mengantar saya membaca novel kece ini.
Setelah pulang dari gramedia *aku ga beli novelnya dan ga bakal beli, sayang duit bos* langsung aja nyari-nyari ebook novel si Dilan ini, susah banget nyarinya tapi makin bikin penasaran dan akhirnya....gotcha! Dapet novel pdf si Dilan ini, langsung lah ngebaca dari jam 8 malam *seolah olah ga punya tugas aja manusia ini* rencananya mau baca-baca dikit aja gataunya keterusan wkwk alurnya bener-bener ga bikin bosen dan dari awal cerita aku udah tertarik banget sama sosok Dilan ini.
"Iqra..Milea!
'Bismillahirahmanirrahim. Dengan rahmat Allah yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang. Dengan ini, dengan penuh perasaan. mengundang Milea Adnan untuk sekolah pada hari : Senin, Selasa, Rabu. Kamis, Jum'at, dan Sabtu"

"Pemberitahuan-Sejak sore kemaren, aku sudah mencintaimu-Dilan"

"Hei Nandan, kamu tahu gak?"
"Tahu apa?"
"Aku mencintai Milea?"
"he he he" Nandan tersenyum sambil sekilas memandangku
"Tapi malu mau bilang", tambah Dilan lagi
"Itu sudah bilang? he he"
"Aku kan bilang ke kamu bukan ke dia"
"Dia dengar kan?"
"mudah mudahan"

ah kalau ngetik semua ucapan Dilan di novel ga bakal ada habisnya. Semuanya bagus dan semuanya romantis. Siapa coba yang ga bakal merasa hari-harinya jauh dari kata bosan kalo ada 1 aja manusia kaya Dilan yang punya seribu cara unik untuk Milea, mulai dari surat-suratnya yang sebenernya ga penting, hadiah-hadiah yang dititip ke tukang sayur, tukang koran, manggilin tukang pijit buat Milea, belagak nanya orang lain setiap kali nelpon Milea, bahkan ngajak pembantu Milea buat ngobrol ngalor ngidul ga jelas. Belum lagi pembawaan Dilan yang asik, seru, rame, tegas, pemberani, gengstre bijaksana, dan yaaaaa dia luar biasa!
"bagaimana dengan Beni? Ya, aku pacaran dengan dia. Tapi, aku mau ke dia karena dulu belum tahu bahwa di dunia ini ada Dilan. Mengerti kan? Coba jadi aku deh biar bisa kau maklumi.

Siapa yang gamau jadi Milea sih? hahah. Terimakasih Surayah Pidi Baiq sudah menciptakan karakter-karakter luar biasa seperti si Dilan ini dan membuat para cewe jadi berkhayal tingkat tinggi hihi.
"Nanti, kalau kamu mau tidur..Percayalah aku sedang mengucapkan selamat tidur dari jauh. Kamu ga akan dengar"

"Selamat tidur juga Dilan"...

 

Kamis, 06 Oktober 2016

Perkembangan Kota dari Aspek Sosial-Ekonomi dan Religius



Morfologi Kota
Pada awal peradaban manusia aspek ekonomi yang mempengaruhi kota ditentukan oleh jenis mata pencaharian penduduknya. Hal ini terbagi menjadi 3 yaitu :
·         Periode “memanfaatkan langsung apa yang diberikan oleh alam”
·         Kemampuan “mengolah alam”
·         Muncul kelompok pedagang yang mendorong tempat untuk melakukan transaksi perdagangan, yaitu pasar
dan dari ketiga kelompok ini terciptalah kelompok strata baru yaitu Pemimpin, prajurit, pedagang, dan petani
ˆSesudah mengenal peradaban,muncul 2 pola habitatyang mempengaruhi mata pencaharian warga, yaitu pola Rectalinier dan Sirkular  yaitu masyarakat yang bercocok tanam, mengikuti bentuk pematang sawah dan masyarakat yang beternak.
Pada saat itu telah tercipta kelompok strata yang lebih khusus seperti kelompok pengrajin, ahli bangunan, ahli kriya, seniman, dan orang yang mendapat kehormatan dalam lingkungan penguasa.
Contoh kota yang memiliki spesifikasi strata khusus yaitu Kota Beidha dan Catal Huyuk yang memiliki pengrajin batu, tulang, tenunan, permadani dan lainnya.
Ada 4 hal yang menjadi syarat adanya kota, yaitu :
1.    Pemisahan wilayah terbangun (perkotaan) dengan perdesaan yang dibatasi tembok
2.    Perkembangan struktur kekuasaan
3.    Perkembangan spesialisasi kerajinan sebagai kegiatan basis perdagangan
4.    Pengembangan sistem irigasi

Ø  Perdagangan pada Periode Modern :
1.    Perdagangan modern diawali di New York oleh sekelompok pedagang yang mengadakan pertemuan di bawah pohon Wall Street 68 tahun 1789, yang kemudian membentuk lembaga yang dinamakan New York Exchange
2.    Perdagangan mulai bergeser dari penggunaan alat tukar bernama mata uang menjadi perdagangan mengunakan surat berharga melalui lantai bursa
3.    Pada tahun 1825, ketika kanal dibuka sekitar 1500 pedagang membuka usaha di New York dan membuka 12 bank baru
4.    Perkembangan selanjutnya lebih banyak membuka kantor perdagangan baru,
5.    New York muncul sebagai kota modern dengan ikon sebagai pusat perdagangan tidak hanya di USA tetapi juga di tingkat dua

Ø  Faktor sosial yang mempengaruhi perubahan morfologi kota adalah tatanan sosial masyarakat yang dicerminkan dalam wujud lingkungan permukiman berdasarkan kedekatan kekerabatan, afiliasi kesukuan dan etnis. Norma yang dianut masyarakatnya pun merupakan adopsi dari pemahaman kosmologi terhadap kehidupan ritual yang bersifat transenden, kebiasaan hidup suku etnis, budaya bermukim suku atau etnis yang menggambarkan strata atau hierarki, dan kearifan local.
Ø  Kota Delhi kuno merupakan salah satu contoh dari suatu pola permukiman yang disebut labyrinth medina.
Ø  Kota pada periode Islam terlihat jelas pada model kota-kota tradisional Islam di Marakesh, Aleppo, dan Tunisia. Wujud kota dibiarkan tumbuh dengan sendirian berdasarkan penghormatan pada tradisi, kepemilikan dan visual privacy maka dari itu pada periode ini dikenal dengan gagasan public dan private street untuk komunitas yang tinggal dalam cluster yang sama.
Ø  Ada beberapa Jenis Fasilitas yang tersediia untuk memenuhi kehidupan masyarakat kota, antara lain : 1. Masjid Besar
                              2. Fasilitas local untuk para jamaah
                              3. Sekolah
                              4. Tempat pemakaman orang suci
                              5. Pasar atau tempat berdagang
                              6. Pemandian
Konsep lokal Indonesia yaitu :
·         Akar budaya permukiman perkotaan di Indonesia diwarnai oleh tradiisi perdesaan yang sangat dipengaruhi oleh struktur agraris dengan kehidupan sosial yang bertumpu pada kehidupan gotong royong.
·         Permukiman desa merupakan struktur dasar hunian terorganisir yang paling tua, dimana gotong royong untuk mendirikan rumah menjadi gejala umum hampir di seluruh masyarakat nusantara
Kumpulan bangunan membentuk kota yang konsepnya disarikan dari Qur'an dan Sunnah. Prinsip-prinsipnya didasarkan pada :
1.    Harm, kewajiban seseorang untuk melakukan perbuatan baik yang tidak merugikan orang lain
2.    Interpendency, saling ketergantungan antara masyarakat
3.    Privacy, terhadap suara dan pandangan orang lain (wanita harus dilindungi dari penglihatan orang lain)
4.    Original use, penggunaan yang sudah establish dan dikenal lama seperti posisi jendela dan pemisah dinding
5.    Building higher, izin yang diberikan untuk membuat bangunan dengan tinggi yang telah disesuaikan dengan peraturan yang ada
6.    Respect, menghargai milik oranglain
7.    Pre-emption, peduli pada hak dan penggunaan bersama dengan memberikan kesempatan kepada yang terlebih dahulu menawa
8.    Shari, sebagai ruang publik dan finna sebagai cul-de-sac
9.    Ruang publik, tidak boleh terhalang secara permanen maupun temporer
Ø    Konsep lokal dalam pengembangan kota menunjukan bahwa budaya setempat memiliki pengaruh besar terhadap sturktur sosial masyarakat yang mempengaruhi morfologi kotanya
Ø    Secara historis peradaban Hindu – Budha – Islam memberkan sumbangan penting bagi berkembangnya struktur social masyarakat pada tingkat negara.
Ø    Perkembangan sosio – kultur masyarakat terutam pada era modern sangat mempengaruhi perkembangan morphologi kotanya.

Setelah mengetahui proses perkembangan kota dari Aspek Sosial-Ekonomi, selanjutnya kita akan membahas perkembangan kota dari aspek Religius. Yuk simak...

Bentuk Kota Berdasarkan Faktor Religius
Pengertian Kota Religius
       Kota suci yang menggambarkan kegiatan ritual yang intens,  adanya kegiatan keagamaan yang di laksanakan secara intens pada kota tersebut seperti di kudus sekitar masjid
       Kota tempat lahirnya agama-agama, seperti mekah dan jerusalem
       Kota tempat pemujaan pada dewa-dewa utama, seperti Amon di Thebes atau Siva  di Benares
       Kota dimana raja menanamkan pengaruh dan kekuasaannya dengan cara mengelaborasi pemaknaan kosmologi seperti Jayavarman VII di Angkor Thom
       Memiliki susunan spasial yang berkisar di sekitar makam–makam raja, bangunan suci berupa candi, stupa, masjid dan lain-lain.
Islam
       Contohnya Kota Makkah, tempat pusat beribadah para Kaum Muslimin dan untuk menjalankan ibadah haji. Ka’bah merupakan bangunan yang berbentuk kubus yang terletak ditengah-tengah masjidil haram,sebagai kiblat bagi seluruh dunia.
      
Faktor perkembangan kota mekah dengan adanya ka’bah sebagai  pusatnya,bertambah juga perkembangan pembangunan  disekitar ka’bah dari waktu ke waktu.

Budha
       Contohnya Negara Thailand, dimana agama Buddha masuk ke Thailand sekitar abad ke-3 SM dan masuk kedua kalinya pada abad ke-13.
       Pada saat itu, 90% masyarakat Thailand adalah umat Buddha Theravada. Banyaknya sekolah-sekolah agama Buddha di kawasan Thailand yang lebih didasarkan murni pada ajaran-ajaran Siddharta Gautama.
       Perkembangan agama Buddha di Thailand dipengaruhi besar dari sekolah agama Buddha Theravada, dibawa dari Sri Lanka.

NASRANI
       Contohnya Negara Vatikan, merupakan negara terkecil di dunia yang berdiri diatas kota roma, yang dimana pada tahun 326, gereja pertama dibangun di atas tempat yang diperkirakan sebagai makam Santo Petrus.
       Dengan basilica santo petrus sebgai pusat kegiatan masyarakat serta gedung-gedung di sekitarnya berfungsi sebgai gedung-gedung pemerintahan kota dan sebagainya. Bagian baratnya difungsikan sebagai  ruang terbuka hijau (garden of vatikan).
      
Pusatnya adalah pelayanan umum kota dengan jalan –jalan yang membentuk blok persegi. Pada abad pertengahan, ditambahkan desain untuk pertahanan berupa dinding yang melingkari kota. Jalanan utama dibuat lebar dan menjadi jalan langsung menuju alun-alun kota di tengah

HINDU
       Contohnya Kota Bali di Indonesia, mempunyai arsitektural bangunan yang menjadi ciri khas agama hindu, seperti adanya pelinggih pada rumah-rumah yang ada di Bali sebagai tempat pemberian syukur atas apa yang dipunya hari ini
       Terdapat kegiatan keagamaan yag rutin, misalnya hari raya galungan yang diadakan setiap 210 hari sekali dan identik dengan penjor yang dipasang ditepi jalan dan serangkaian kegiatan sebelum hari Nyepi.

Kesimpulan
       Arsitektur bangunan dan pusat kegiatan mempengaruhi morfologi kota memberikan ciri khusus berdasarkan aspek religius
       Adanya pusat kegiatan religi memberikan dampak bagi perkembangan kota